SEDIMENT CYCLE


Oleh Yuanita Ayuning Rahayu Tek.Geologi ITB 2010

Sedimen adalah hasil pelapukan batuan yang terjadi di permukaan. Sedangkan sediment cycle merupakan siklus atau daur dari pembentukan sedimen.
            Sedimen terbentuk dari erosi batuan yang sebelumnya mengalami uplift.Untuk lebih jelasnya proses daur sedimen dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
            Batuan baik batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf yang mengalami uplift. Jika berinteraksi dengan hidosfer, biosfer, dan atmosfer, umumnya akan mengalami pelapukan dan tererosi menghasilkan sedimen. Ada 2 macam pelapukan, yaitu pelapukan mekanik dan kimia. Pelapukan mekanik akan menghasilkan sedimen yang berupa fragmen-fragmen yang sifat kimianya tak berubah. Sedangkan pelapukan kimia akan menghasilkan sedimen dengan komposisi kimia berbeda karena mineral-mineral dalam batuan diubah atau dihancurkan. Comtohnya pelarutan.
            Sedimen tersebut akan mengalami transportasi, yaitu proses yang terjadi ketika sedimen ditransport ke lokasi yang baru, biasanya berupa cekungan. Agen yang berperan dalam mentransport sedimen antara lain adalah air, angin, es (gletsyer), gravitasi. Untuk sedimen yang berupa fragmen, arus sungai memengaruhi ukuran butir yang tertransport. Arus yang kuat, lebih cepat dari 50 cm/s, akan mampu mentransportasikan coarse-detritus. Arus seperti ini terdapat pada aliran sungai di lereng gunung. Sedangkan arus yang lemah, lebih kecil dari 20 cm/s, hanya akan mampu mentransportasikan lempung (partikel klastik terkecil).
Untuk batuan sedimen evaporit, sedimennya berasal dari pelapukan kimia. Ion Na+ yang terlarut dalam air sebagai agen transport, dibawa ke laut dan bereaksi dengan ion Cl- membentuk larutan NaCl.
            Sedimen yang tertranspot akan terdeposisi atau diendapkan atau tersedimentasikan seiring dengan berkurangnya kecepatan arus (untuk sedimen klastik). Sedangkan untuk sedimen kimia, akan diendapkan seiring dengan tingkat kejenuhan air.
Untuk sedimen klastik, besar butir dikontrol oleh kecepatan arus seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Sedangkan tingkat kebundaran fragmen dikontrol oleh jarak transportasi. Semakin jaun jarak yang ditempuh sedimen dari daerah sumber, maka bentuk fragmennya akan lebih membulat dibandingkan dengan fragmen yang mengalami transport dengan jarak tempuh yang lebih dekat. Selain memengaruhi ukuran butir, arus juga memengaruhi sorting. Arus laminar cenderung menghasilkan well sorting, sedangkan lingkungan dengan arus tenang cenderung menghasilkan poor sorting.
Akumulasi sedimen akan membentuk struktur yang mencerminkan lingkungan pengendapan (kondisi saat sedimen terendapkan), seperti graded bedding, ripple, cross bedding, dll.
            Sedimen yang diendapkan, baik di dasar sungai maupun di ocean floor, semakin lama, semakin overlay. Maka lapisan sedimen akan mengalami pembebanan, lapisan-lapisan bawah dari suatu perlapisan batuan akan semakin tertekan dan menjadi lebih kompak. Seiring dengan pembentukan lapisan-lapisan sedimen, lapisan yang bawah akan tertutupi dan lama kelamaan akan terkubur atau burial.
Sedimen yang terkubur mengalami diagenesis yang meliputi sementasi dan kompaksi, yang menghasilkan batuan sedimen. Dengan adanya pembebanan mengakibatkan ruang antarbutir pada sedimen klastik terkompresi, artinya porositas menurun.
Sedangkan untuk sedimen evaporit di lingkungan arid inlet, ketika mengalami kejenuhan, artinya salinitas tinggi akan mengalami penguapan atau evaporasi, Sehingga ion-ion yang terkandung dalam air akan mengalami presipitasi, sedangkan airnya menguap. Hasil dari pengendapan sedimen evaporit, contohnya halite.
            Burial membawa batuan sedimen semakin dalam. Karena ada gaya tektonik, batuan sedimen dan batuan lainnya dapat terekspose ke permukaan melalui pengangkatan (uplift). Lalu karena pengaruh atmosfer, biosfer, dan hidrosfer, akan mengalami pelapukan kembali. Dan begitulah siklusnya berlanjut.

NB : Mohon saran dan kritik. 

Komentar

Postingan Populer